Monday, February 13, 2017

Teori Belajar Gestalt Dan Tolman


A.    Gestalt
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam medan persepsi. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Individu mulai melihat solusi setelah pemikiran problem. Pembelajar memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan menempatkan bersama-sama secara kognitif dalam suatu cara dan kemudian ke cara-cara lain sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul individu mendapatkan insigt (wawasan). Belajar menurut Gestalt adalah proses diskoninue. Wawasan/insight biasanya dianggap memiliki empat karakteristik:
a.       Transisi dari pra solusi ke solusi terjadi secara mendadak dan kompleks
b.      Solusi diperoleh dengan pengertian mendalam yang biasanya bebas dari kekeliruan.
c.       Solusi untuk problem biasanya diperoleh melalui wawasan mendalam akan diingat dalam waktu yang lama
d.      Prinsip yang diperoleh melalui wawasan yang mendalam ini mudah diaplikasikan ke problem lainya.
Konsep Teoritis Utama
1)      Field theory
Field secara umum dapat dideskripsikan sebagai suatu sistem yang saling terkait secara dinamis, dimana setiap bagianya saling terkait/mempengaruhi satu sama lain.
2)      Hukum Pragnanz
Hukum Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
a.       Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
b.      Hukum ketertutupan
Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
c.       Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas
d.      Hukum kontinuitas
Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
Penerapan Teori Gestalt
a.       Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
b.      Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individudipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
c.       Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik individu.
d.      Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.
e.       Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
f.       Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsur-unsur yang terkandung dalam suatu masalah.
g.      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h.      Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pngalaman yg terjadi dalam kehidupn individu setiap waktu.

B.     Tolman
Tolman mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara keseluruhan disebut tingkah laku molar. Tingkahlaku molar ini terdiri dari tingkahlaku-tingkahlaku yang lebih kecil yang disebut molekular. Karakteristik utama molar behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposive (memiliki tujuan); yakni ia selalu diarahkan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, teori Tolman disebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan atau dengan kata lain mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai melalui perilaku itu. Tolman mengatakan bahwa dalam belajar, hal yang utama adalah proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Organisme yang sampai pada ekplorasi, akan menemukan bahwa peristiwa tertentu, akan menimbulkan peristiwa lain atau satu isyarat akan menghasilkan isyarat lain. Oleh karena itu, Tolman lebih dikenal sebagai ahli teori S-S. Pengetahuan bagi Tolman adalah suatu proses berkelanjutan yang tidak memerlukan motivasi apapun. Dalam hal ini, Tolman sependapat dengan Guthrie Menurut Tolman, belajar adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan (tingkah laku) untuk meraih maksud. Latent learning (pembelajaran laten) adalah pembelajaran yang tidak langsung dalam kinerja seseorang. Dengan kata lain, pembelajaran laten merupakan suatu jenis pembelajaran dimana hasil pembelajaran tersebut tidak langsung terlihat. Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa “situasi”. Term understanding selalu ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita belajar untuk memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain.
Enam jenis belajar menurut Tolman :
1)      Cathexes
Cathexis (jamak) Cathexes adalah tendensi belajar untuk mengasosiasikan objek tertentu dengan keadaan dorongan tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu untuk memuaskan dorongan lapar dari seseorang yang tinggal disuatu Negara. Orang yang tinggal di daerah dimana biasanya makan ikan itu sudah menjadi kebiasaan cenderung akan mencari ikan untuk menghilangkan laparnya. Orang-orang ini mungkin tidak menyukai daging sapi atau spageti karena, menurut mereka, makanan itu tidak diasosiasikan dengan pemuasan dorongan rasa lapar.
2)      Keyakinan ekuivalensi
Ketika “sub tujuan” memiliki efek yang sama dengan tujuan itu sendiri, maka sub tujuan itu dikatakan merupakan keyakinan ekuivalensi.
3)      Ekspektasi medan
Field expectancies (ekspektasi medan) berkembang dengan cara yang serupa dengan perkembangan peta kognitif. Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan sesuatu yang lain. Setelah melihat isyarat tertentu, misalnya, ia akan berharap isyarat lain akan muncul.
4)      Mode medan – kognisi
Field-cognition mode (mode medan kognisi), yakni strategi,suatu cara, untuk menangani situasi pemecahan problem. Ini adalah tendensi untuk mengatur bidang perseptual dalam konfigurasi tertentu. Tolman menduga bahwa tendensi ini adalah bawaan namun dapat dimodifikasi oleh pengalaman. Dalam kenyataannya, sebagian besar hal penting mengenai strategi yang berhasil dalam memecahkan problem adalah strategi itu akan di uji cobakan lagi dalam situasi yang sama di masa mendatang.
5)      Diskriminasi dorongan
Drive discrimination (diskriminasi dorongan) berarti bahwa organisme dapat menentukan keadaan dorongan mereka sendiri dan karenanya dapat merespon dengan benar.
6)      Pola motor
Tolman menunjukkan bahwa teorinya, terutama dengan asosiasi ide dan tidak terlalu berhubungan dengan cara ide-ide itu menjadi diasosiasikandengan perilaku. Belajar motor pattern (pola motor) adalah usaha untuk memecahkan kesulitan ini, Tolman menerima pendapat Gutrhie tentang bagaimana respon diasosiasikan menjadi stimuli.

Seperti tampak dalam perkataannya berikut ini: “saya mencoba menerima dan sepakat dengan Guthrie bahwa kondisi dimana pola motor di dapatkan mungkin adalah kondisi dimana gerakan tertentu membuat hewan menjauhi stimuli yang hadir saat gerakanitu dimulai
Pendapat Tolman tentang pendidikan

Dalam banyak hal, Tolman dan Gestalis, sepakat mengenai pendidikan. keduanya menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman murid perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem. Ia juga mengatakan bahwa belajar bukan hanya soal memberi respon atau strategi yang benar, tatapi juga menghilangkan respos atau strategi yang salah. Sedangkan guru bertindak sebagai konsultan yang membantu siswa dalam menjelaskan dan mengkonfirmasi atau menolak hipotesis. Seperti teoritisi Gestalt, Tolman juga menunjukkan bahwa siswa semestinya dihadapkan pada topic dan berbagai sudut pandang yang berbeda. Proses ini akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan peta kognitif yang akan dipakai untuk menjawab pertanyaan tentang topic tertentu dan topic lainnya.

No comments:

Post a Comment