A.
Gestalt
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami
proses belajar, terjadi reorganisasi dalam medan persepsi. Setelah proses
belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu
problem. Individu mulai melihat solusi setelah pemikiran problem. Pembelajar
memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan menempatkan
bersama-sama secara kognitif dalam suatu cara dan kemudian ke cara-cara lain
sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul individu mendapatkan insigt
(wawasan). Belajar menurut Gestalt adalah proses diskoninue. Wawasan/insight
biasanya dianggap memiliki empat karakteristik:
a.
Transisi dari pra solusi ke solusi
terjadi secara mendadak dan kompleks
b.
Solusi diperoleh dengan pengertian
mendalam yang biasanya bebas dari kekeliruan.
c.
Solusi untuk problem biasanya
diperoleh melalui wawasan mendalam akan diingat dalam waktu yang lama
d.
Prinsip yang diperoleh melalui
wawasan yang mendalam ini mudah diaplikasikan ke problem lainya.
Konsep Teoritis
Utama
1)
Field theory
Field secara
umum dapat dideskripsikan sebagai suatu sistem yang saling terkait secara
dinamis, dimana setiap bagianya saling terkait/mempengaruhi satu sama lain.
2)
Hukum Pragnanz
Hukum Pragnaz
adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu
mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut.
Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
a.
Hukum keterdekatan
Hal-hal yang
saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
totalitas.
b.
Hukum ketertutupan
Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna
dan sederhana agar mudah diingat.
c.
Hukum kesamaan
Hal-hal yang
mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau
suatu totalitas
d.
Hukum kontinuitas
Menunjukkan
bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau
melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
Penerapan Teori
Gestalt
a.
Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha
menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
b.
Belajar adalah suatu proses
perkembangan
Materi dari
belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut
sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individudipengaruhi oleh
pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
c.
Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses
belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik
individu.
d.
Terjadinya transfer
Tujuan dari
belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi
tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat
dipindahkan pada kemampuan lainnya.
e.
Belajar adalah reorganisasi
pengalaman
Proses belajar
terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya,
manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
f.
Belajar dengan insight
Dalam proses
belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsur-unsur yang
terkandung dalam suatu masalah.
g.
Belajar lebih berhasil bila
berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal ini
tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h.
Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak
hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh
dari pengalaman-pngalaman yg terjadi dalam kehidupn individu setiap waktu.
B.
Tolman
Tolman mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara keseluruhan
disebut tingkah laku molar. Tingkahlaku molar ini terdiri dari
tingkahlaku-tingkahlaku yang lebih kecil yang disebut molekular. Karakteristik
utama molar behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposive (memiliki
tujuan); yakni ia selalu diarahkan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, teori
Tolman disebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia
berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan atau
dengan kata lain mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak
dicapai melalui perilaku itu. Tolman mengatakan bahwa dalam belajar, hal yang
utama adalah proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Organisme yang sampai pada ekplorasi, akan menemukan bahwa peristiwa tertentu,
akan menimbulkan peristiwa lain atau satu isyarat akan menghasilkan isyarat
lain. Oleh karena itu, Tolman lebih dikenal sebagai ahli teori S-S. Pengetahuan
bagi Tolman adalah suatu proses berkelanjutan yang tidak memerlukan motivasi
apapun. Dalam hal ini, Tolman sependapat dengan Guthrie Menurut Tolman, belajar
adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di
sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia
berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara
berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan
demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga
dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan
(tingkah laku) untuk meraih maksud. Latent learning (pembelajaran laten) adalah
pembelajaran yang tidak langsung dalam kinerja seseorang. Dengan kata lain,
pembelajaran laten merupakan suatu jenis pembelajaran dimana hasil pembelajaran
tersebut tidak langsung terlihat. Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita
menganalisa “situasi”. Term understanding selalu ada hubungannya dengan Tolman
sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita belajar untuk
memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk mengharapkan terjadinya
persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain.
Enam jenis
belajar menurut Tolman :
1)
Cathexes
Cathexis
(jamak) Cathexes adalah tendensi belajar untuk mengasosiasikan objek tertentu
dengan keadaan dorongan tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu untuk
memuaskan dorongan lapar dari seseorang yang tinggal disuatu Negara. Orang yang
tinggal di daerah dimana biasanya makan ikan itu sudah menjadi kebiasaan
cenderung akan mencari ikan untuk menghilangkan laparnya. Orang-orang ini
mungkin tidak menyukai daging sapi atau spageti karena, menurut mereka, makanan
itu tidak diasosiasikan dengan pemuasan dorongan rasa lapar.
2)
Keyakinan ekuivalensi
Ketika “sub
tujuan” memiliki efek yang sama dengan tujuan itu sendiri, maka sub tujuan itu
dikatakan merupakan keyakinan ekuivalensi.
3)
Ekspektasi medan
Field
expectancies (ekspektasi medan) berkembang dengan cara yang serupa dengan
perkembangan peta kognitif. Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan
sesuatu yang lain. Setelah melihat isyarat tertentu, misalnya, ia akan berharap
isyarat lain akan muncul.
4)
Mode medan – kognisi
Field-cognition
mode (mode medan kognisi), yakni strategi,suatu cara, untuk menangani situasi
pemecahan problem. Ini adalah tendensi untuk mengatur bidang perseptual dalam
konfigurasi tertentu. Tolman menduga bahwa tendensi ini adalah bawaan namun
dapat dimodifikasi oleh pengalaman. Dalam kenyataannya, sebagian besar hal
penting mengenai strategi yang berhasil dalam memecahkan problem adalah strategi
itu akan di uji cobakan lagi dalam situasi yang sama di masa mendatang.
5)
Diskriminasi dorongan
Drive
discrimination (diskriminasi dorongan) berarti bahwa organisme dapat menentukan
keadaan dorongan mereka sendiri dan karenanya dapat merespon dengan benar.
6)
Pola motor
Tolman
menunjukkan bahwa teorinya, terutama dengan asosiasi ide dan tidak terlalu
berhubungan dengan cara ide-ide itu menjadi diasosiasikandengan perilaku.
Belajar motor pattern (pola motor) adalah usaha untuk memecahkan kesulitan ini,
Tolman menerima pendapat Gutrhie tentang bagaimana respon diasosiasikan menjadi
stimuli.
Seperti tampak dalam perkataannya berikut ini: “saya mencoba
menerima dan sepakat dengan Guthrie bahwa kondisi dimana pola motor di dapatkan
mungkin adalah kondisi dimana gerakan tertentu membuat hewan menjauhi stimuli
yang hadir saat gerakanitu dimulai
Pendapat Tolman
tentang pendidikan
Dalam banyak hal, Tolman dan Gestalis, sepakat mengenai pendidikan.
keduanya menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman murid
perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem. Ia juga mengatakan bahwa
belajar bukan hanya soal memberi respon atau strategi yang benar, tatapi juga
menghilangkan respos atau strategi yang salah. Sedangkan guru bertindak sebagai
konsultan yang membantu siswa dalam menjelaskan dan mengkonfirmasi atau menolak
hipotesis. Seperti teoritisi Gestalt, Tolman juga menunjukkan bahwa siswa
semestinya dihadapkan pada topic dan berbagai sudut pandang yang berbeda.
Proses ini akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan peta kognitif yang akan
dipakai untuk menjawab pertanyaan tentang topic tertentu dan topic lainnya.
No comments:
Post a Comment