Friday, February 10, 2017

Landasan Linguistik dan Psikologi dalam Pembelajaran


A.       Pengertian Psikologi
Psikologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche yang artinya jiwa, roh atau sukma dan logos yang artinya ilmu. Jadi, psikologi adalah ilmu jiwa. Dulu, ketika psikologi masih merupakan bagian dari ilmu filsafat, definisi psikologi adalah ilmu yang mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan.
B.       Pengertian linguistik
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut linguis. Namun, dalam bahasainggris linguis juga berarti orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa selain bermakna pakar linguistik. Seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengn tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu.
C.       Pengertian psikolinguistik
Secara etimologi sudah disinggung bahwa kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing – masing berdiri sendiri, dengna prosedur dan metode yang berlainan, namun keduanya sama – sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahsa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku bahasa atau proses berbahasa.
D.      Landasan linguistik pengajaran bahasa
1)       Aliran tradisional (masa peradaban Yunani)
Ø  Studi bahasa didasarkan pada studi filsafat. Klasifikasi kata dalam bahasa Arab meniru pada masa peradaban Yunani
Ø  Studi bahasa bertolak dari bahasa tulis
Ø  Berbahasa harus benar sesuai kaedah, karena jika faedah salah, maksud bisa berubah
Ø  Senang bermain dengn definisi
2)       Aliran struktural (hakikat bahasa kaitannya dengan pengajaran
Ø  Language is speech not writing
Guru harus memulai pelajaran dengn menyimak, kemudian berbicara, membaca dan menulis kemudian dilatihkan.
Ø  Language is a set of habit
Ø  Language is a different
Ø  Language is what its nature speakers say, not what someone thinks they to say

E.   Landasan linguistik struktural
Prinsip – prinsip pembelajaran bahasa menurut prinsip – prinsip aliran strukturalisme :
1. Pembelajaran bahasa merupakan pemerolehan kebiasaan yang harus dimantapkan dengan pengulangan, latihan, peniruan dan hafalan.
2.   Segala sesuatu yang diucapkan merupakan aspek bahasa yang paling penting
3. Perbedaan antara bahasa ali pelajar dengan bahasa asing yang sedang diperlajari
4.  Guru terjemah menjelaskan kepada para pelajar bahwa kita bisa membedakan konsep bahasa asing ke bahasa ib dan sebaliknya tanpa ada perbedaan mendasar  tanpa ada perbedaan mendasar dalam kekuatan ungkapan atau pengaruhnya
5.  Guru senantiasa menekankan bahwa kaidah – kaidah bahasa bukan suatu hal yang mutlak tidak mengalami perubahan, tapi kaidah bahasa itu akan berkembang seiring dengan perkembangan bahasa itu sendiri.
6. Kaidah – kaidah bahasa hanyalah sebuah deskripsi dari bahasa yang digunakan oleh pemakainya pada waktu tersebut.
7. Guru menekankah gejala – gejala lahiriyah bahasa seperti ucapan yang benar, ejaan yang tepat dan penggunaan – penggunaan yang pas, guru harus menjelaskan kepada siswa metode yang menjadi struktur bahasa pada umumnya.
8. Dalam proses pembelajaran bahasa siswa tidak disuguhkan dengan pertanyaan yang menuntut jawaban berkaitan dengan sebab – sebab logis suatu kaidah, karena bahasa itu tidak tunduk pada dasar logika akant tetapi siswa akan lebih senang bila dibrikan pertanyaan menggunakan kata tanya”bagaiman?’. Ini berarti seorang guru hendaknya mnejelaskan kepada para pelajarnya mengenai hubungan antara susunan kalimat bahasa dan fungsinya dala mengungkapkan hal – hal yang berkaitan dengan konsep bicara.
9. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya guru memberikan penjelasan kepada para pelajar dengan penjelasan yang bersifat deduktif, yakni guru mengawali pembahasan dengan memberikan contoh – contoh sebanyak mungkin kemudian dilanjutkan dengan memberikan kesimpulan terhadap kaidah – kaidah yang sedang dipelajarinya,. Setealah itu diadakan kegiatan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman siswa.

F.   Landasan psikologi behaviorisme
Teori behaviorisme dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa merupakan salah satu hasil penerapan teori behaviorisme dalam ilmu jiwa terhadap perilaku verbal manusia. Teori behaviorisme atau yang sering disebut sebagai pakar sebagai associstionism theory, merupakan salah satu teori yang lahir pada abad sembilan belas dan awal abad dua puluh masehi.
Teori behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia itu merupakan perillaku yang dapat dipelajari dan diamati secara nyata, dan terbentuk karena dipengaruhi oleh faktor eksternal. Teori ini kemudian diaplikasikan dalam konsep belajar. menurut aliran ini, belajar merupakan proses responsi karena adanya stimulus/ rangsangan yang mendorong adanyaperubahan perilaku. Stimulus belajar dapat berupa motivasi, ganjaran, hukuman dan lingkungan yang kondusif.
Behaviorisme memiliki kerangaka berfikir yang mengutamakan unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungna, mementingakna pembentukaan reaksi, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranrnan kemampuan. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pelopor maszhab ini adalah ilmuwan Rusia Pavlov yang termashur dengna taeorinya yang menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus sekunder (nyala lampu dan bunyi lonceng) dengan respon ( keluarnya air liur) anjing yang dijadikan sebagai hewan percobaan. Berdasarkan penelitian Pavlov, air liur anjing mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa makanan. Ilmuwan berikutnya adalah Edwart L. Thorndike dengan teori hukum efeknya yang memberikan perhatian kepada ganjaran dan hukuman.
Dari paparan tersebut nampak jelas bahwa yang menjadi perhatian utama para penagnut mazhab behaviorisme dalam pembelajaran adalah “faktor eksterna” dan bahwa “merekayasa lingkungan pembelajaran” adalah cara efektif untuk mencapai tujuan. Menurut aliran behaviorisme, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Terjadinya perubahan kemampuan untuk beritingkah laku dengan cara yang baru adalah hasil interaksi antara stimulus dan resopon.

G.  Landasan linguistik transformatif
Aliran ini dirintis oleh Noam Chomsky yang lahir tahun 1928 d Pennsylvania Amerika Serikat. Teori ini oleh Chomsky sesungguhnya diformulasikan dari pemikiran para filsof dalam hal metode penelitian dan teori bahasa. Teori ini juga berusaha menjelaskan bagaimana anak kecil dapat menguasai bahasa dalam waktu yang relative singkat meskipun belum menguasai kaidah bahasa secara mendalam. Pemikiran utama Chomsky yang lainnya terkait dengan gagasan tentang struktur lahir, struktur batin dan cara bertolak dari unsur – unsur formatif dalam struktur permukaan menuju struktur mendalamm, melalui sejumlah prosedur, diantaranya adalah dengan merubah suatu struktur ke dalam struktur yang lain.
Menurut Chomsky bahasa adalah fitrah innate potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai ditrah untuk belajar bahasa. Sementara itu masyarakat tempat manusia lahir dan dibesarkan hanya berperan sebagi pembentuksecara spesifik sistem kebahasaan yang dipelajarinya. Karena itu seseorang belajar bahasa Arab, misalnyakarena ia hidup dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang berbahasa Arab. Sementara orang lain akan belajar bahasa Indonesia karena ia hidup dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang berbahasa Indonesia. Namun demikian, berdasarkan pendapat Chomsky, baik orang Arab maupun Indonesia sama – sama memiliki potensi untuk mempelajari bahasa tersebut. Mc Neil dan kawan – kawan telah melakukan sejumlah penelitian terhadap karakteristik sistemik proses pemerolehan bahasa dikalangan anak – anak, dan berkesimpulan bahwa anak mampu membentuk pola – pola gramatika yang telah menjadi asumsi mereka.
Aliran ini menyebut pola – pola tata bahasa dasar yang dimiliki anak itu disebut gramatika sentral.
Aliran ini juga berpendapat bahwa objek kajian kebahasaan berkkisar padakognisi atau pengetahuan yang dimiliki anak, pengetahuan yang memungkinkannya menjadi kalimat lain pada gilirannya melahirkan banyak kalimat dan memahaminya. Kemmapuan transformasi satu kalimat menjadi kalimat lain pada gilirannya melahirkan performasi bahasa sehingga menuntut pengajar harus kreatif dalam mengembangkan kemampuan bahasa siswa.

H.  Landasan kognitifisme
Bertolak belakang dengan behaviorisme yang menekankan pentingya stimulus eksternal dalam pembelajaran, mazhab kognitive menekankan pentingnya keaktifan pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses oembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir, positfi atau negatifnyahasil pembelajaran. Menurut pandangan mazhab ini, seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, kemudian menghubungkannya dengan pengalamannya terdahulu, baru setelah itu memilih alternatif respon yang paling sesuai. Konitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini lebih menekankan proses belahar daripada hasil belajar.
Teori ini terwujud dalam praktek pembelajaran antaraa lain :
                                                                       1.      Tahap – tahap perkembangan yang diusulkan oleh Jean Piaget. Menurut pIaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur cara berpikirnya.
                                                                       2.      Belajar bermaknanya Ausubel. Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengna baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan belajar yaitu konsep atau oinformasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran.
                                                                       3.      Belajar penemuan secara bebas oleh Jerome Bruner. Menurut terori ini, proses belajar akan berjalan dengnanbaik bila guru kreatif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan melalui contoh – contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.
Aliran kognitif didasarkan atas asumsi : Pertama bahwa setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengna alat pemerolehan bahasa. Oleh karena itu kemmapuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh faktor internal. Kedua, didasarkan atas panganna bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas prosespembiasaan melainkan penuh kesadaran dan bermakna. Dan pengetahuan yang sadar tentang tata bahasa adaalh penting. Ketiga siswa bekerja dengan sumber – sumber kecakapan dirinya dan tidak dari yang lian, sebagaimana mereka bertanggung jawab untuk apa mereka belajar.

No comments:

Post a Comment