A.
Pengertian Psikologi
Psikologi secara etimologi berasal dari bahasa
Yunani Kuno psyche yang artinya jiwa, roh atau sukma dan logos
yang artinya ilmu. Jadi, psikologi adalah ilmu jiwa. Dulu, ketika psikologi
masih merupakan bagian dari ilmu filsafat, definisi psikologi adalah ilmu yang
mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan.
B.
Pengertian linguistik
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai
ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar
linguistik disebut linguis. Namun, dalam bahasainggris linguis juga berarti
orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa selain bermakna pakar linguistik.
Seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengn tujuan utama untuk mahir
menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam kaidah
struktur bahasa, beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa
itu.
C.
Pengertian psikolinguistik
Secara etimologi sudah disinggung bahwa kata
psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang
ilmu yang berbeda, yang masing – masing berdiri sendiri, dengna prosedur dan
metode yang berlainan, namun keduanya sama – sama meneliti bahasa sebagai objek
formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur
bahsa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku bahasa atau proses berbahasa.
D.
Landasan linguistik pengajaran bahasa
1)
Aliran tradisional (masa peradaban
Yunani)
Ø Studi
bahasa didasarkan pada studi filsafat. Klasifikasi kata dalam bahasa Arab
meniru pada masa peradaban Yunani
Ø Studi
bahasa bertolak dari bahasa tulis
Ø Berbahasa
harus benar sesuai kaedah, karena jika faedah salah, maksud bisa berubah
Ø Senang
bermain dengn definisi
2)
Aliran struktural (hakikat bahasa
kaitannya dengan pengajaran
Ø Language
is speech not writing
Guru
harus memulai pelajaran dengn menyimak, kemudian berbicara, membaca dan menulis
kemudian dilatihkan.
Ø Language
is a set of habit
Ø Language
is a different
Ø Language
is what its nature speakers say, not what someone thinks they to say
E. Landasan linguistik struktural
Prinsip –
prinsip pembelajaran bahasa menurut prinsip – prinsip aliran strukturalisme :
1.
Pembelajaran bahasa merupakan pemerolehan kebiasaan yang harus dimantapkan
dengan pengulangan, latihan, peniruan dan hafalan.
2. Segala sesuatu yang diucapkan merupakan
aspek bahasa yang paling penting
3.
Perbedaan antara bahasa ali pelajar dengan bahasa asing yang sedang diperlajari
4. Guru terjemah menjelaskan kepada para pelajar
bahwa kita bisa membedakan konsep bahasa asing ke bahasa ib dan sebaliknya
tanpa ada perbedaan mendasar tanpa ada
perbedaan mendasar dalam kekuatan ungkapan atau pengaruhnya
5. Guru senantiasa menekankan bahwa kaidah –
kaidah bahasa bukan suatu hal yang mutlak tidak mengalami perubahan, tapi
kaidah bahasa itu akan berkembang seiring dengan perkembangan bahasa itu
sendiri.
6.
Kaidah – kaidah bahasa hanyalah sebuah deskripsi dari bahasa yang digunakan
oleh pemakainya pada waktu tersebut.
7.
Guru menekankah gejala – gejala lahiriyah bahasa seperti ucapan yang benar,
ejaan yang tepat dan penggunaan – penggunaan yang pas, guru harus menjelaskan
kepada siswa metode yang menjadi struktur bahasa pada umumnya.
8.
Dalam proses pembelajaran bahasa siswa tidak disuguhkan dengan pertanyaan yang
menuntut jawaban berkaitan dengan sebab – sebab logis suatu kaidah, karena
bahasa itu tidak tunduk pada dasar logika akant tetapi siswa akan lebih senang
bila dibrikan pertanyaan menggunakan kata tanya”bagaiman?’. Ini berarti seorang
guru hendaknya mnejelaskan kepada para pelajarnya mengenai hubungan antara
susunan kalimat bahasa dan fungsinya dala mengungkapkan hal – hal yang
berkaitan dengan konsep bicara.
9.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya guru memberikan penjelasan
kepada para pelajar dengan penjelasan yang bersifat deduktif, yakni guru
mengawali pembahasan dengan memberikan contoh – contoh sebanyak mungkin
kemudian dilanjutkan dengan memberikan kesimpulan terhadap kaidah – kaidah yang
sedang dipelajarinya,. Setealah itu diadakan kegiatan tanya jawab untuk
memantapkan pemahaman siswa.
F. Landasan psikologi behaviorisme
Teori
behaviorisme dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa merupakan salah satu
hasil penerapan teori behaviorisme dalam ilmu jiwa terhadap perilaku verbal
manusia. Teori behaviorisme atau yang sering disebut sebagai pakar sebagai
associstionism theory, merupakan salah satu teori yang lahir pada abad sembilan
belas dan awal abad dua puluh masehi.
Teori
behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia itu merupakan perillaku yang
dapat dipelajari dan diamati secara nyata, dan terbentuk karena dipengaruhi
oleh faktor eksternal. Teori ini kemudian diaplikasikan dalam konsep belajar.
menurut aliran ini, belajar merupakan proses responsi karena adanya stimulus/
rangsangan yang mendorong adanyaperubahan perilaku. Stimulus belajar dapat
berupa motivasi, ganjaran, hukuman dan lingkungan yang kondusif.
Behaviorisme
memiliki kerangaka berfikir yang mengutamakan unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungna, mementingakna pembentukaan reaksi,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranrnan kemampuan. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya
perilaku yang diinginkan.
Pelopor
maszhab ini adalah ilmuwan Rusia Pavlov yang termashur dengna taeorinya yang
menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus sekunder (nyala lampu dan
bunyi lonceng) dengan respon ( keluarnya air liur) anjing yang dijadikan
sebagai hewan percobaan. Berdasarkan penelitian Pavlov, air liur anjing
mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa makanan. Ilmuwan berikutnya
adalah Edwart L. Thorndike dengan teori hukum efeknya yang memberikan perhatian
kepada ganjaran dan hukuman.
Dari
paparan tersebut nampak jelas bahwa yang menjadi perhatian utama para penagnut
mazhab behaviorisme dalam pembelajaran adalah “faktor eksterna” dan bahwa
“merekayasa lingkungan pembelajaran” adalah cara efektif untuk mencapai tujuan.
Menurut aliran behaviorisme, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Terjadinya perubahan
kemampuan untuk beritingkah laku dengan cara yang baru adalah hasil interaksi
antara stimulus dan resopon.
G. Landasan linguistik transformatif
Aliran
ini dirintis oleh Noam Chomsky yang lahir tahun 1928 d Pennsylvania Amerika
Serikat. Teori ini oleh Chomsky sesungguhnya diformulasikan dari pemikiran para
filsof dalam hal metode penelitian dan teori bahasa. Teori ini juga berusaha
menjelaskan bagaimana anak kecil dapat menguasai bahasa dalam waktu yang
relative singkat meskipun belum menguasai kaidah bahasa secara mendalam.
Pemikiran utama Chomsky yang lainnya terkait dengan gagasan tentang struktur
lahir, struktur batin dan cara bertolak dari unsur – unsur formatif dalam
struktur permukaan menuju struktur mendalamm, melalui sejumlah prosedur,
diantaranya adalah dengan merubah suatu struktur ke dalam struktur yang lain.
Menurut
Chomsky bahasa adalah fitrah innate potensi dasar yang dimiliki manusia
sejak lahir. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai ditrah untuk
belajar bahasa. Sementara itu masyarakat tempat manusia lahir dan dibesarkan
hanya berperan sebagi pembentuksecara spesifik sistem kebahasaan yang dipelajarinya.
Karena itu seseorang belajar bahasa Arab, misalnyakarena ia hidup dan
dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang berbahasa Arab. Sementara orang
lain akan belajar bahasa Indonesia karena ia hidup dan dibesarkan dalam
lingkungan masyarakat yang berbahasa Indonesia. Namun demikian, berdasarkan
pendapat Chomsky, baik orang Arab maupun Indonesia sama – sama memiliki potensi
untuk mempelajari bahasa tersebut. Mc Neil dan kawan – kawan telah melakukan
sejumlah penelitian terhadap karakteristik sistemik proses pemerolehan bahasa
dikalangan anak – anak, dan berkesimpulan bahwa anak mampu membentuk pola –
pola gramatika yang telah menjadi asumsi mereka.
Aliran
ini menyebut pola – pola tata bahasa dasar yang dimiliki anak itu disebut
gramatika sentral.
Aliran
ini juga berpendapat bahwa objek kajian kebahasaan berkkisar padakognisi atau
pengetahuan yang dimiliki anak, pengetahuan yang memungkinkannya menjadi
kalimat lain pada gilirannya melahirkan banyak kalimat dan memahaminya.
Kemmapuan transformasi satu kalimat menjadi kalimat lain pada gilirannya
melahirkan performasi bahasa sehingga menuntut pengajar harus kreatif dalam
mengembangkan kemampuan bahasa siswa.
H. Landasan kognitifisme
Bertolak
belakang dengan behaviorisme yang menekankan pentingya stimulus eksternal dalam
pembelajaran, mazhab kognitive menekankan pentingnya keaktifan pembelajar.
Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses oembelajaran. Lingkungan
bukanlah penentu awal dan akhir, positfi atau negatifnyahasil pembelajaran.
Menurut pandangan mazhab ini, seseorang ketika menerima stimulus dari
lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya,
menginterpretasikannya, kemudian menghubungkannya dengan pengalamannya
terdahulu, baru setelah itu memilih alternatif respon yang paling sesuai.
Konitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini lebih menekankan
proses belahar daripada hasil belajar.
Teori
ini terwujud dalam praktek pembelajaran antaraa lain :
1.
Tahap – tahap perkembangan yang diusulkan
oleh Jean Piaget. Menurut pIaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Semakin tinggi tingkat kognitif
seseorang semakin teratur cara berpikirnya.
2.
Belajar bermaknanya Ausubel. Menurut
Ausubel, siswa akan belajar dengna baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan
belajar yaitu konsep atau oinformasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran.
3.
Belajar penemuan secara bebas oleh Jerome
Bruner. Menurut terori ini, proses belajar akan berjalan dengnanbaik bila guru
kreatif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
melalui contoh – contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.
Aliran
kognitif didasarkan atas asumsi : Pertama bahwa setiap manusia memiliki
kemampuan bawaan yang disebut dengna alat pemerolehan bahasa. Oleh karena itu
kemmapuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh faktor internal.
Kedua, didasarkan atas panganna bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas
prosespembiasaan melainkan penuh kesadaran dan bermakna. Dan pengetahuan yang
sadar tentang tata bahasa adaalh penting. Ketiga siswa bekerja dengan
sumber – sumber kecakapan dirinya dan tidak dari yang lian, sebagaimana mereka
bertanggung jawab untuk apa mereka belajar.
No comments:
Post a Comment