Sunday, February 12, 2017

Analisis Karakteristik Peserta Didik


A.       Karakteristik peserta didik
·         Umum: umur, budaya, suku, agama, gender, latar belakang status sosial
·         Khusus: gaya belajar, kecerdasan, lingkungan belajar
B.       Kunci keberhasilan analisis peserta didik
1,  Karakteristik Umum (General Characteristics)
1)  Usia
Studi tentang pembelajaran bahasa Inggris, dimana anak 12 tahun  dikelompokkan dengan usia 18-20 tahun. Hasilnya, kurang dari 50 % anak yang mampu bertahan hingga evaluasi akhir program. Padahal metode sudah dibuat sevariatif mungkin dan lingkungan kelas yang menyenangkan. Perbedaan umur menentukan adanya perbedaan perkembangan intelektual. (Studi Piaget tentang perkembangan intelektual anak ).
2)   Jenis Kelamin
Studi terhadap pembelajaran berbasis masalah di UEA menunjukkan bahwa kelompok wanita lebih produktif dan oleh karena itu mempunyai skor motivasi, kohesi, interaksi dan elaborasi yang secara signifikan lebih tinggi dari pada kelompok pria. Pengelompokan ini akan berdampak pada peningkatan motivasi dan perhatian belajar
2,   Kemampuan Awal Khusus (Specific Entry Competenceis)
Kemampuan Awal Khusus (Specific Entry Competenceis): Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki/ belum dimiliki peserta didik: pengetahuan prasyarat, kemampuan yang ditargetkan dan sikap. Guru harus memahami kompetensi awal peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran yang diberikan. Mereka datang ke kelas dengan membawa pengetahuan, ketrampilan, keyakinan, sikap yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka hadir, menafsirkan dan mengelola informasi yang diperoleh. Cara mengetahui kemampuan awal :
1.       Pertanyaan Informal
Menanyakan topik-topik tertentu dalam kelas
2.       Tes Formal/tes formal yang dikembangkan sebelumnya
3.       Tes Prasyarat (apakah peserta didik mempunyai pengetahuan prasyarat untuk memulai sebuah pembelajaran).
3,   Gaya Belajar (Learning Styles)
Gaya belajar adalah cara tertentu dimana seorang individu belajar. Cara yang disukai atau terbaik untuk berfikir, memproses informasi dan mendemonstrasikan pembelajaran. Alat yang dipilih individu dalam memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Kebiasan, strategi, atau perilaku mental yang teratur tentang belajar. (Pritchard, 2009) atau bisa juga ciri-ciri psikologis yang mempengaruhi bagaimana pandangan dan respon peserta didik pada berbagai stimulus yang diberikan
Macam – macam gaya belajar :
(1). Visual Learners
Mereka belajar sesuatu paling baik melalui penglihatan. Memiliki kesulitan menyerap informasi melalui presentasi verbal tanpa disertai dengan gambar-gambar visual. Perlu alat bantu visual atau alat peraga yang dapat mereka lihat dan saksikan secara langsung. Cara belajar mereka :
          Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar,
          Suka mencoret-coret sesuatu
          Pembaca cepat dan tekun
          Lebih suka membaca dari pada dibacakan
          Rapi dan teratur
          Mementingkan penampilan
          Teliti terhadap detail
          Pengeja yang baik
          Lebih memahami gambar dan bagan dari pada instruksi tertulis
          Tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak terpikir kata yang tepat
          Biasanya tidak tertanggu oleh keributan
          Mengingat dengan asosiasi visual
(2). Auditory Learners
Mereka belajar sesuatu paling baik melalui pendengaran. Lebih suka penyajian materi lewat ceramah dan diskusi. Biasanya terfokus pada satu masalah dalam satu waktu, mudah kehilangan konsentrasi jika ada gangguan, tidak suka pada kelompok besar dan tugas berbasis proyek. Cara mereka belajar :
          Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
          Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
          Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
          Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara
          Bagus dalam bicara dan bercerita
          Berbicara dengan irama yang terpola
          Mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
          Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
          Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya
          Suka musik dan bernyanyi
          Tidak bisa diam dalam waktu lama
          Suka mengerjakan tugas kelompok
(3). Kinesthetic Learners
Mereka melakukan aktifitas secara fisik, senang berpindah dan bergerak selama pembelajaran. Gemar menulis dengan tangan dan yang terpenting adalah menggunakan anggota tubuh dalam belajar. Mereka senang bergerak, menggoyangkan kepala, tangan, kaki. Mereka senang dengan metode bermain peran, dominan pada mapel olah raga, seni acting dan teater. Cara mereka belajar :
          Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
          Berbicara dengan perlahan
          Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
          Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
          Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
          Belajar melalui praktek
          Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
          Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
          Banyak menggunakan isyarat tubuh
          Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama
          Ingin melakukan segala sesuatu
          Menyukai permainan dan olah raga
4.   Kecerdasan Jamak (Multiple Intellegences)
“Berbagai kemampuan, ketrampilan atau bakat yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi”.  Dicetuskan oleh Howard Gardner (1983) mencakup 7 kecerdasan: verbal-linguistik, matematik-logik,  badaniah-kinestetik, visual-spasial, berirama-musik, interpersonal, dan intrapersonal. Dia menambahkan satu kecerdasan lagi (1999), yaitu kecerdasan naturalistik, dan memungkinkan adanya kecerdasan eksistensial yang dikenal dengan istilah kecerdasan setengah (half intellegence).  Dinamakan demikian karena dia belum sepenuhnya memiliki data autentik yang mengisyaratkan secara ilmiah kecerdasan eksistensial menjadi salah satu bagian kecerdasan jamak.
Pengelompokkan kecerdasan jamak :
1.    Domain Interaktif
Merujuk kepada kemampuan individu untuk berinteraksi dengan individu lain dengan menggunakan kecerdasan verbal- linguistik, interpersonal, dan badaniah-kinestetik yang dimiliki.Verbal: Kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis. Linguistik: Kemampuan menggunakan bahasa.  Badaniah-kinestetik: Kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Interpersonal: kemampuan memahami pikiran, sikap dan perilaku orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan rendah pada domain ini maka ia akan sulit berinteraksi dengan orang lain.
Metode yang sesuai: pembelajaran berbasis kerja, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran kooperatif.
2.    Domain Analitik
Merujuk pada kemampuan untuk berfikir logis yang melibatkan alasan-alasan rasional yang mencakup kecerdasan logis-matematik, berirama-musik, dan naturalis. Logis-matematik: kemampuan untuk merangkaikan alasan-alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Berirama-musik: kemampuan untuk berfikir dengan menggunakan musik, mendengarkan pola-pola dan mengenal serta mungkin memanipulasinya. Naturalis: kemampuan untuk membuat kategorisasi dan hierarki tentang suatu organisme, seperti tumbuhan, binatang dan alam.
Metode yang sesuai: problem solving, eksperimen, berpikir kritis, musik instrumental, sugestopedia, belajar melalui alam, menggunakan tanaman sebagai media, darmawisata.
3.    Domain Introspektif
Dapat dicapai dengan proses afektif secara alamiah, artinya diperlukan keterlibatan aspek emosional untuk melihat sesuatu lebih dalam dari sekedar memandang, tetapi mampu membuat hubungan emosional  antara apa yang sedang terjadi dengan pengalaman masa lalu. Mencakup kecerdasan visual, intrapersonal dan eksistensial. Mencakup kecerdasan visual-spasial: kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk.   Kemampuan ini mencakup kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, pola, hubungan antar unsur-unsur. Kecerdasan intrapersonal: kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Ia adalah kecerdasan batin yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Kecerdasan eksistensial-spiritual: kapasitas hidup manusia yang bersumber dari hati yang dalam, yang terilhami dalam bentuk kodrat untuk dikembangkan dan ditumbuhkan dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup. Merupakan kecerdasan yang esensial dalam kehidupan manusia.
Metode yang sesuai: membuat potongan kertas warna-warni, membuat visualisasi, pemetaan ide, poster, sketsa, melakukan tugas mandiri, refleksi, pengungkapan perasaan, merespon suatu peristiwa. 

No comments:

Post a Comment