Sunday, April 30, 2017

Landasan - Landasan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat dipertangung jawabkan. Pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Sebab itu, sebelum melaksanakan praktek pendidikan, para pendidik – khususnya para calon pendidik - perlu terlebih dahulu melakukan studi pendidikan agar memiliki kejelasan tentang landasan-landasannya. Oleh karena itu kami akan memaparkan tentang landasan – landasan pendidikan baik secara umum maupun dalam perspektif Islam.

B.     Rumusan Masalah
                              1.            Bagaimana landasan filosofis dalam pendidikan?
                              2.            Bagaimana landasan sosiologis dalam pendidikan?
                              3.            Bagaimana landasan psikologis dalam pendidikan?
                              4.            Bagaimana landasan pendidikan dalam perspektif Islam?

C.     Tujuan Penulisan
                              1.            Untuk mengetahui landasan filosofis dalam pendidikan.
                              2.            Untuk mengetahui landasan sosiologis dalam pendidikan.
                              3.            Untuk mengetahui landasan psikologis dalam pendidikan.
                              4.            Untuk mengetahui landasan pendidikan dalam perspektif Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan (BalaiPustaka, 2005:633). Selain itu, istilah landasan dikenal pula sebagaifondasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, landasan adalah suatu alas pijakan atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fondasitempat berdirinya sesuatu hal.
Menurut sifat wujudnya dibedakan adanya dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang bersifat material dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain landasan pacu pesawat terbang, fondasibangunan gedung, dsb. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain Dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; landasan teoritis suatu hipotesis dalam penelitian, landasan pendidikan, dsb. Landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis landasan yang bersifat konseptual.[1]
Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan mesti terdapat studi pendidikan dan praktek pendidikan, maka istilah landasan pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seperangkan asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.[2]
Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan dalam pasal 1 ayat 2, bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
Landasan pendidikan dibagi menjadi :
      1.            Landasan Filosofis Pendidikan
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta, 2001). Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya,baik secara individu maupun secara kelompok. Gambaran dan cita-cita yang mendasari adat istiadat suatu suku atau bangsa, serta norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini memotivasi masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001).[3]
Filsafat pendidikan pada esensinya merupakan “filosofi proses pendidikan”. Pemikiran filosofis dibidang pendidikan merujuk pada dimensi tujuan, bentuk, metode atau hasil dari proses pendidikan itu. Didalamnya juga tergamit dimensi konsep, tujun, bentuk, metode disiplin ilmu pendidikan.[4]
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat( falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan, dan dari sisi lain, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemologi, etika, dan estetika, metafisika, dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
(a)      Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini.
(b)     Masyarakat dan kebudayaannya.
(c)      Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
(d)     Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/9).[5]

Landasan filosofis pendidikan diderivasi dari filsafat umum. karenanya, diskusi dan kajian mengenai dasar filsafat pendidikan nyaris selalu berangkat dari pemikiran filsafat umum. Filsafat pendidikan secara esensial menggunakan cara kerja dan hasil-hasil pemikiran filsafat umum, khususnya berkaitan dengan hakikat manusia, pendidikan, realitas, pengetahuan, dan nilai. Berikut ini beberapa pemikiran filosofis yang menjadi dasar pengembangan teori dan praktik kependidikan :

1.        Perenialisme
Filsafat perenialisme didasarkan pada pandangan bahwa realitas fundamental tetap berasal dari kebenaran khususnya berkitan dengan Tuhan dan kebenaran ajaran-Nya. Asumsinya adalah, bahwa orang menemukan kebenaran melalui penalaran dan wahyu, serta kebaikan yang ditemukan dalam berpikir rasional.
2.        Idealisme
Filsafat idealisme memandang kesadaran dan isi kesadaran itu adalah kebenaran sejati.
3.        Realisme
Realisme menekankan pada akurasi, rincian, dan penggambaran alam atau kehidupan kontemporer seperti apa adanya.
4.        Eksperimentalisme
Filsafat eksperimentalisme percaya bahwa semua hal atau fenomena bisa terus berubah atau diubah dengan perlakuan tertentu.
5.        Eksistensialisme
Secara sederhana eksistensialisme adalah filsafat yang peduli dengan tanggung jawab untuk mencari identitas diri dan arti hidup melalui kehendak bebas, pilihan, dan terpribadi.[6]

      2.            Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan fenomena sosial yang normal. Karena itu, setiap kajian mengenai ilmu pendidikan selalu menautkannya dengan dimensi sosiologis. Kajian mengenai aspek sosiologis dalam pendidikan biasanya berfokus pada bagaimana lembaga-lembaga kemasyarakatan, kelompok sosial, dan individu mempengaruhi pengalaman pendidikan dan hasil-hasilnya.
Pendidikan secara optimis selalu dipandang sebagai usaha mendasar manusia untuk mewujudkan aspirasinya mengapai kemajuan dan perbaikan, mencapai kesetaraan, meningkatkan status sosial, bahkan memperoleh kekayaan. Pendidikan pun dipandang sebagai salah satu cara terbaik untuk mencapai kesetaraan sosial yang lebih besar.  Pendidikan dipandang sebagai sebagai wahana paling sempurna untuk mewujudkan reproduksi sosial. Meski demikian, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa sistem pendidikan menjadi penyebab ketidaksetaraan akibat adanya reproduksi sosial tersebut.[7]
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antar dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1)      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2)      Hubungan kemanusiaan di sekolah.
3)      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4)      Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami sistm pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/67)
Kajian sosiolologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupu pendidikan luar sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia.
Selanjutnya, disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat. Terdapat satu kelompok khusus yng datangnya bukan dari orang dewasa, tetapi dari anak-anak lain yang hampir seusia, yang disebut kelompok sebaya. Kelompok sebaya ini mempunyai pengaruh kuat searah dengan bertambahnya usia anak.
Paparan tersebut menyoroti terutama pengaruh masyarakat terhadap pendidikan, mulai dari keluarga, kelompok sebaya, dan sebagainya. Dari sisi lain, yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh pendidikan terhadap masyarakat. Tentang hal ini, terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji sejak dulu. Permasalahan dimaksud adalah dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan. [8]
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang beriteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersmaa.
Masyarakat indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah mengalami banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unuk baik secara horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan; demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus sepenuhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan., utamanya dalam pendidikan politik, maka sisi ketunggalan dari “bhinneka tunggal ika” makin mencuat. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah, maupun jalur pendiidkan luar sekolah , telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang  semakin kukuh.  Berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin terdapat perhatian yang semestinya dengan antara lain dimasukkannya muatan lokal di dalam kurikulum sekolah.[9]

      3.            Landasan Psikologis
Psikologi merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, jiwa balita, baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya dengan melalui tahap – tahap tertentu, akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaaan maupun dari segi jasmani. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa landasan psikologi pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subyek pendidikan yang akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Kata “psikologi” merupakan penggbungan dari dua istilah, yaitu jiwa (soul, mind,psyche), dan penelitian atau studi (ology). Istilah ini bermakna “studi tentang jiwa atau pikiran manusia” perubahan pengetahuan ilmiah dan sistematis mengenai kekuatan dan fungsi jiwa manusia, sejauh sifatnya bisa diketahuin oleh kesadasrn. Jadi, psikologi merupakan disiplin akademik dan diterapkan dalam rangka studi tentang pikiran, otak, dan perilaku manusia.
Psikologi terutama berkaitan dengan cara pikiran bekerja dan bagaimana praktis pendidikan dilakukan. Psikologi merupakan cabang imu pengetahuan yang berhubungan dengan proses – proses mental dan perilaku individu ang selalu mengintegral dengan perilaku kependidikan. Psikolog, bahkan guru, mempelajari proses, motif, reaksi, perasaan dan sifat dan pikiran dari manusia. Mereka melakukan konseling dan membantu orang bagi perubahan dalam proses berfikir mereka sehingga meningkatkan kualitas hidunya baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
Hasil studi atau eksperimen dibidang psikologi melahirkan penjelasan mengenai fenomena psikologis individu atau individu dalam konteks pendidikan dan pembelajaran. Fenomena psikologis ini mencakup persepsi, kognisi, perhatian, emosi, motivasi, fungsi otak, kepribadian, perilaku dan hubungan interpersonal. Bahkan pikiran bawah sadar pun tercakup dalam fenomena psikologis itu.
Guru sebagai subjek yang terlibat dalam proses pendidikan dari pembelajaran dangkal atau mendalam, harus memahami ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan berkaitan dengan aplikasi psikologi alam proses pembelajaran peserta didik dan berbagai aspek yang terkait, seperti penata laksanaan kondisi agar efektivitasmya dapat ditingkatkan. Psikologi pendidikan juga menentukan isi silabus, karena mereka yang berkompeten adalah menganalisis bagian – bagian yang memerlukan perspektif psikologis atas substansi kajian pembelajaran.
Barlow berpendapat bahwa psikologi pendidika adalah disiplin pengetahuan berdasrkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber – sumber untuk membantu guru melaksanakan tugas – tugasnya dalam proses pembelajaran secara efektif.
Psikologi pendidikan berfungsi sebagai alat penting yang dapat membantu beragam tugas guru, baik dalam rangka perencanaan, pelayanan, maupun evaluasi pembelajaran.
Landasan psikologis dalam pendidikan dapat memberikan jawaban atas banyak pertanyaan tentang perilaku anak – anak atau siswa. Seperti dikemukakan oleh Elisabeth Kubler bahwa “orang itu seperti jendela kaca parti sparkle. Mereka bersinar ketika matahari ddari luar, tapi saat kondisi dalam kegelapan, keindahan sejati terungkap hanya jika ada cahaya dari dalam”. Psikologi memberikan bentuk konkrit bagi perasaan dan didekati secara ilmiah.
Fokus atau ruang lingkup psikologi pendidikan sangat luas, karena berkaitan dengan perkembangan perilaku dan sosial individu. Psikologi pendidikan juga membantu dalam penataan prespektif individu, yang pada gilirannya mengarah pada sifat-sifat pengembangan kepribadiannya. Pemikiran dalam psikologi pendidikan menyatakan bahwa perkembangan otak manusia dapat ditelusuri dan diklasifikasikan kedalam tahap-tahap yang terkait langsung pada hubungan antara anak dengan lingkungannya. Anak mengembangkan kemampuan kognitif dan pengertian sosialnya. Psikolog pendidikan juga mempelajari banyak faktor hereditas dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan mental dan perilaku anak. Psikolog pendidikan juga bertujuan untuk menganalisis perbedaan-perbedan anak dan bagaimana mengelolanya.
Dalam kerangka layanan kependidikan kepada siswa guru harus menyadari perbedaan antara teori belajar dn teori mengajar. Guru perlu memehami bagaimana gaya siswa belajar dan bagaimana pula dia mengajar sesuai dengan gaya siswa itu. Teori yang berbeda memperkenalkan prinsip, pendekatan, dan implikasi dari pendekatan masing-masing. Dengan pengetahuan ini, guru dapat mengidentifikasi teori yang sesuai untuk kebutuhan siswa dan yang harus diperhatikan olehnya ketika mengevaluasi program pembelajaran.
Kajian mengenai pendekatan psikologi dalam pendidikan terkait langsung dengan perilaku mengaktivasi proses pendidikan dan pembelajaran. Perilaku pembelajaran harus dilakukan secara terukur dan terkendali sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Seorang guru menentukan apa tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Tujuan-tujuan tersebut terpenuhi bila pelajar menanggapi dengan cara tertentu, berdasarkan rangsagan yang dikontrol. [10]

      4.            Landasan Pendidikan dalam Perspektif Islam
Dasar pendidikan sebuah Negara adalah disesuaikan dengan filsafat hidup bangsa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena filsafat pendidikan suatu bangsa merupakan refleksi filsafat hidup bangsa itu sendiri. Dasar Pendidikan Islam menurut Ramayulis dapat dibedakan atas dasar ideal dan dasar operasional.[11]
Dasar ideal pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam, yaitu bersumber dari al-Qur’an dan Hadits, dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualitas dari dasar ideal yaitu : dasar historis, dasar social, dasar ekonomi, dasar politik dan administrasi, dasar psikologis dan dasar filosofis.
A.    Dasar Ideal
1)      Al-Qur’an
Umat Islam dianugerahkan Allah suatu kitab suci Al-qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk dan meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal. Untuk itu, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafah hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur’an. Nabi Muhammad saw sebagai pendidik pertama. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari firman Allah:
Artinya : “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. ( QS. An Nahl: 64).
Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan bahwa: “ Pada hakikatnya Al-Qur’an merupakan perbendeharaan tentang kebudayaan manusia, terutama bidang kerohaniaan. Pada umumnya, Al-Qur’an adalah merupakan kitab pendidikan, kemasyarakatan, moril ( akhlak) dan spiritual (kerohaniaan)”6. Demikian pula menurut Al-Nadwi yang mempertegas bahwa “ Pendidikan dan pengajaran umat Islam haruslah bersumberkan kepada akidah Islamiyah. Menurutnya, sekiranya pendidikan umat Islam tidak didasarkan kepada akidah yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka pendidikan yang dilaksanakan bukanlah pendidikan Islam, tetapi adalah pendidikan asing”.

2)      Sunnah
Dasar yang kedua selain Al-qur’an adalah sunnah rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam setelah Al-Qur’an. Hal ini disebabkan, karena Allah swt menjadikan Muhammad saw sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah swt:
Artinya : Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik…”. (QS.Al Ahzab: 21).
Adapun alasan dipergunakan kedua dasar yang kokoh di atas, karena keabsahan dasar Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup dan kehidupan sudah mendapat jaminan Allah swt dan rasulnya. Prinsif menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh, kebenaran yang dikandungnya sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian wajar jika kebenaran kedua sumber tersebut dijadikan dasar seluruh kehidupan, termasuk pendidikan.

B.     Dasar Operasional
Dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualitas dari dasar ideal. Dasar operasional Pendidikan Islam dapat disebutkan sebagai berikut:
1)      Dasar Historis.
Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
2)      Dasar Sosial.
Dasar berupa kerangka budaya di mana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.

3)      Dasar Ekonomi.
Dasar yang memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
4)      Dasar politik dan administrasi.
Dasar yang memberi bingkai ideology (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5)      Dasar Psikologis.
Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktik, pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan.
6)      Dasar Filosofis.
Dasar yang memberi kamampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya. Mempelajari filsafat sebagai dasar pendidikan berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh tentang pendidikan yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pendidikan Islam saja, melainkan dituntut untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Keenam dasar operasional tersebut merupakan satu kesatuan yang harmonis. Ketika keenam dasar tersebut diformulasi sebagai dasar operasional pendidikan, maka upaya pendidikan yang dilaksanakan akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[12]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan mesti terdapat studi pendidikan dan praktek pendidikan, maka istilah landasan pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seperangkan asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan dalam pasal 1 ayat 2, bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
Landasan pendidikan dibagi menjadi empat yaitu landasan filosofis pendidikan, landasan sosiologis, landasan psikologis dan landasan pendidikan dalam perspektif islam.


DAFTAR PUSTAKA

Danim,Sudarwan.2010. Pengantar Kependidikan.Bandung: Alfabeta.
Kadir, Abdul. 2012. Dasar-dasar Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam Telaah sistem Pendidikan dan pemikiran para tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
Syaripudin, Tatang. 2012.Landasan Pendidikan. Rev.ed; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Tirtarahardja,Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.





[1] Tatang Syaripudin,Landasan Pendidikan (Rev.ed;Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.,2012), Hlm.5.
[2] Tatang Syaripudin,Landasan Pendidikan,..... Hlm.7.
[3] Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 95.
[4] Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
[5] Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 83-85.
[6] Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan,..... Hlm.
[7] Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan,..... Hlm.
[8] Umar Tirtarahardja dan la Sula,Pengantar Pendidikan..... Hlm. 95-96
[9] Umar Tirtarahardja dan la Sula,Pengantar Pendidikan..... Hlm. 98 – 100.
[10] Sudarwan Danis, Pengantar kependidikan...... Hlm
[11] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah sistem Pendidikan dan pemikiran para tokohnya. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) hal. 108.
[12] Ahmad Riyadi,  https://journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/34/33. diakses pada tanggal 1 Maret 04.00 , hlm. 3-8.