A.
Erikson
Erikson mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap
psikososial, dari pada tahap psikoseksual. Bagi Freud motivasi utama perilaku
manusia bersifat seksual secara alami, bagi Ericson motivasi utama manusia
bersifat sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dgn orang
lain. Erikson menekan perubahan perkembangan sepanjang kehidupan manusia
sedangkan Freud menyatakan bahwa kepribadian terbentuk pada lima tahun pertama
kehidupan. Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan sepanjang kehidupan.
Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yg unik yg menghadapkan seseorang
pada suatu krisis. Krisis ini bukanlah musibah melainkan titik balik
meningkatkan kemampuan dan kelemahan. Semakin berhasil seseorang menyelesaikan
krisis yang dihadapi, akan semakin sehat perkembanganya (Hopkins, 2000) Tahap
Psikososial
1) Kepercayaan vs ketidakpercayaan
(Bayi tahun pertama). Rasa percaya melibatkn rasa nyaman secara fisik dan tidak
ada rasa takut atau kecemasan di masa depan. Rasa kepercayaan pada bayi akan
menjadi fondasi kepercayaan pada sepanjang hidup bahwa dunia akan menjadi
tempat yang baik dan menyenangkan untuk di tinggali.
2) Otonomi vs rasa malu dan
ragu-ragu, masa bayi akhir (1-3thn). Setelah mendapat rasa percaya pengasuhan
bayi mulai mengetahuibahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka
mulai menyatakan kemandirian mereka atau otonomi. Mereka mulai menyadari
keinginan mereka. Jika anak terlalu dibatasiatau dihukum dengan keras, mereka
mungkin memunculkan rasa malu dan ragu-ragu.
3) inisiatif vs rasa bersalah, Masa
kanak – kanak awal (3 – 5 tahun). Begitu anak prasekolah memasuki dunia sosial
yang lebih luas, mereka menghdapi lebih banyak tantangan daripada mereka bayi.
Perilaku aktif dan bertujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan. Anak
diminta untuk memikirkan untuk memikirkan tanggung jawab terhadap perilaku.
Mengembangkan rasa tanggug jawab meningkatkan inisiatif. Sebaliknya jika anak
tidak dapat mengembangkan tanggung jawabnya maka akan merasa bersalah.
4) Kerja keras vs inferioritas (anak
Usia SD – Remaja). Inisiatif anak membawa mereka berhubungan dengan banyak
pengalaman baru. Saat mereka berpindah ke masa kanak-kanak tengah dan akhir
mereka mengarah ke energi menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual. Diwaktu yang sama pula anak menjadi lebih antusias mengenai
belajar. Kemungkinan lain dalam tahun sekolah dasar adalah anak dapat
memunculkan rasa inferior merasa tidak kompenten dan tidak produktif
5) Identitas vs kebingungan
identitas (10 – 20 tahun), pada masa ini individu dihadapkan pada masa penemuan
diri , tentang siapa diri mereka, kemana mereka akan melangkah dalam hidup ini.
Remaja banyak dihadapkan peran baru dan status baru. Orang tua perlu
mengizinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran . Jika remaja menjelajahi
peran tersebut dengan cara baik dan positif untuk diikuti dalam hidup maka
identitas positif akan tercapai, jika suatu identitas terlalu dipaksakan pada
remaja oleh orang tua maka terjadilah kebingungan identitas
6) Keintiman vs isolasi (20 – 30
tahun). Jika individu membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan yang akrab
dengan orang lain maka keintiman akan tercapai jika tidak akibatnya adalah
isolasi diri.
7) Generativitas vs stagnasi (40 –
50 tahun), Pada tahap ini kepedulian utama adalah membantu generasi lebih muda
dlm mengembangkan dan menarahkan kehidupan yang berguna yang disebut sebagai
generativitas. Perasaan bahwa dirinya tdak berbuat apa-apa untuk membantu
generasi mendatang disebut stagnasi
8) Integritas vs keputusasaan (60
tahun keatas) masa dewasa akhir. Pada tahap ini seseorang akan merefleksikan
kehidupan masa lalunya dan menyimpulkan bahwa ia telah menjalani dengan baik
atau sebaliknya. Para lanjut ussia yang memandang hidup masa lalunya lebih
positif akan memunculkan rasa integritas dan sebaliknya lanjut usia yang
memnadang masa lalu kehidupanya dengan negatif akan memunculkan rasa
keputusaan.
B.
Lawrence Kohlberg
Ia lahir tahun 1927, dan dibesarkan di Brouxmille, New
York. Menamatkan Sekolah Menengah di Andover Academy di Massachusetts. Tahun
1948 Masuk Universitas Chicago, setahun kemudian Bachelor diraih, ia mengambil
bidang Psikologi, dan tertarik dengan Teori Piaget. Tahun 1958 lulus S3 dg
Disertasi: The Development of Modes of Thinking and Choice in the year 10 to 16
(merupakan landasan teori perkembangan moralnya). Tahun 1962 – 1968 mengajar di
Universitas Chicago (almamaternya). Tahun 1968 mengajar di Harvard. Menurut
Kholberg Ketika dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek moral. Kohlberg
juga berpendapat, bahwa aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan
dikembangkan Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori
Piaget, yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkembangan
yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg
juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral
behavior).
Tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg
Tahap-tahap perkembangan moral terdiri dari 3 tingkat, yang masing-masing
tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:
a. Tingkat Pra Konvensional (4-10 tahun)
(Moralitas Pra-Konvensional) perilaku anak tunduk pada kendali eksternal:
Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman => anak
melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat hukuman
(punishment)
Tahap 2: Relativistik Hedonism =>anak
tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari
bahwa setiap kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada
prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih bersifat
individualistis, egosentris & konkrit.
b. Tingkat Konvensional (10-13 tahun)
(Moralitas Konvensional) => fokusnya terletak pada kebutuhan social
(konformitas).
Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik => anak
memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.
Tahap 4: Mempertahankan norma-norma sosial dan
otoritas => menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan
mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup secara
harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati
bersama dan melaksanakannya.
c. Tingkat Post-Konvensional (13 tahun
keatas)(Moralitas Post-konvensional) => individu mendasarkan penilaian moral
pada prinsip yang benar secara inheren.
Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu
dengan lingkungan sosialnya => apa yang benar ditentukan berdasarkan hak –
hak individu umum dan berdasar standar yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat. Undang – undang dapat dirubah artinya tidak beku /kaku tidak
seperti tahap ke-4. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu
dengan lingkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang
sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan mendapatkan
perlindungan dari masyarakat.
Tahap 6: Prinsip Universal => Apa yang benar di
tentukan oleh keputusan suara hati karena sudah ada internalisasi nilai-nilai.
Pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif.
Artinya: dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur – unsur
subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan/ perilaku itu baik/tidak baik;
bermoral/tidak bermoral.
IMPLEMENTASI
PERKEMBANGAN MORAL
Kohlberg menekankan pada pendidikan moral yang menggunakan sistem ‘kurikulum tersamar’, dimana dia menekankan bahwa pengajar atau guru dalam hal ini mampu mewujudkan suatu kondisi pribadi yang mencerminkan moral terhadap peserta didik. Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan namun guru dapat menyisipkan pelajaran nilai-nilai moral kepada siswa agar bukan pengetahuan akademik saja yang didapatkan tetapi juga pengetahuan nilai-nilai moral. Contoh penanaman nilai moral dalam proses pembelajaran IPA misalnya, dalam mata pelajaran Biologi, guru tidak hanya memberikan hafalan mengenai anatomi tubuh, tetapi juga mengajarkan bagaimana cara menghargai tubuh. Jika tubuh ini adalah sesuatu yang berharga, wujud penghargaan tersebut adalah dengan tidak menindiknya, mentatonya, melukainya, mengonsumsi narkoba dan alkohol, serta tidak melakukan seks bebas.
No comments:
Post a Comment