A.
Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Ahlus Sunnah Wa
al-Jama’ah berasal dari kata Ahl (Ahlun) berati
“golongan” atau “pengikut” dan Al-Sunnah
berarti “tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakup ucapan,
tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW”. Secara etimologi istilah “Ahlus Sunnah
Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah
Saw dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang teguh pada
Sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat,
yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin’Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.
B.
Tokoh – Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jamaah 1. Al – Asy’ari (875 – 935 M)
a)
Riwayat hidup Al-Asy’ari
Nama lengkapnya
adl Abu Al-Hasan ‘Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin ‘Abdillah
bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut bberapa
riwayat, Al-‘Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia
lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana pada tahun 324
H/935 M.
Menurut Ibn ‘Asakir (w.571 H), ayah Al-Asy’ari adl seorg yg brpham Ahlussunnah dan ahli hadist. Ia wafat
ketika Al-Asy’ari msih kecil. Sblm wafat, ia sempat berwasiat kepada sseorang
sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-Saji agar mndidik Al-Asy’ari.
Ibunya menikah lagi dg seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu ‘Ali
Al-Jubba’i (w.303 H/915 M), ayah kandung Abu Hasyim Al-Jubba’i (w.321 H/932 M).
Berkat didikan ayah tirinya,
Al-Asy’ari kemudian menjadi
tokoh Mu’tazilah. Sebagai tokoh
Mu’tazilah, ia sering menggantikan
Al-Jubba’i dalam perdebatan menentang lawan” Mu’tazilah dan banyak
menulis buku yang membela alirannya.
Al-Asy’ari
menganut paham Mu’tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu, secara
tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan
jamaah masjid menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn ‘Asakir, yang
melatarbelakangi Al-Asy’ari telah bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali, yaitu malam hari
ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga kali mimpinya, Rasulullah SAW
memperingatkannya agar segera meningalkan paham Mu’tazilah dan segera membela
paham yang telah diriwayatkan dari beliau.
Al-Asy’ari
menganut paham Mu’tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu, secara
tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan
jamaah masjid menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn ‘Asakir, yang
melatarbelakangi Al-Asy’ari telah bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali, yaitu malam hari
ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga kali mimpinya, Rasulullah SAW
memperingatkannya agar segera meningalkan paham Mu’tazilah dan segera membela
paham yang telah diriwayatkan dari beliau.
b) Pokok – pokok
ajaran Asy’ariyah
Adapun pokok-pokok ajaran
Asy’ariyah, antara lain :
1.
Tuhan dan sifat – sifat- Nya
Allah memiliki
sifat-sifat yg unik & tdk dpt dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang
tampaknya mirip.
2.
Kebebasan dalam berkehendak
Al-Asy’ari
membedakan
antara khaliq & kasb. Menurutnya,
Allah adalah
pencipta (khaliq) perbuatan
manusia, sedangkan manusia adalah yang mengupayakan (muktasib).
3. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Meskipun
Al-Asy’ari dan orang Mu’tazilah mengakui pentingnya akal & wahyu, tetapi
berbeda dalam menghadapi persoalan yang
memperoleh kejelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-Asy’ari mengutamakan
wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal.
4. Qadimnya Al-Qur’an
Walaupun
Al-Qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan
bunyi, tetapi hal itu tidak
melekat pada esensi Allah dan tidak qadim.
5. Melihat Allah
Allah dapat
dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi ketika Allah yang
menyebabkan dapat dilihat / ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk
melihat-Nya.
6. Keadilan
Allah tidak
memiliki keharusan apa pun karena Ia adalah Penguasa Mutlak.
7. Kedudukan orang berdosa
Orang mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yg fasik sbab iman tdk
mungkn hilang krn dosa selain kufur.
c) Karya Al – Asy’ari
Kitab – kitabnya yang terkenal ada
tiga :
1.
Maqalat al-Islamiyyin Wa Ikhtilaf al-Mushallin
(Pendapat –
pendapat golongan-golongan Islam)
Kitab ini
adalah kitab yang pertama kali dikarang tentang kepercayaan-kepercayaan
golongan islam, dan juga merupakan sumber terpenting karena ketelitian dan
kejujuran pengarangnya. Kitab tersebut dibagi tiga. Bagian pertama berisi
bermacam-macam golongan islam. Bagian kedua tentang
pendirian ahli hadis & sunnah dan bagian
ketiga tentang bermacam-macam
persoalan Ilmu Kalam.
2.
Al-Ibanah ‘an Ushulud al Diyanah (Keterangan tentang
Dasar-dasar
Agama)
Kitab ini
berisi uraian tentang kepercayaan ahli Sunnah dan dimulainya dengan memuji
Ahmad bin Hanbal dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya. Uraian-uraian kitab ini
tidak tersusun rapi, meskipun menyangkut persoalan-persoalan yang penting dan
banyak sekali.
3.
Al-Luma (sorotan)
Kitab ini
dimaskudkan untuk membantah lawan-lawan dalam beberapa persoalan Ilmu Kalam.
e) Tokoh – Tokoh Aliran
Al-Asy’ari
Al – Asy’ari
selain sebagai seorang pendiri aliran Asy’ariyah juga dikenal sebagai orang
yang mempunyai komulatif keilmuan sangat luas, pandai berdebat, shalih dan
taqwa, sehingga dlam waktu singkat mendapat kepercayaan dari kaum muslimin.
Sejak masa
Khalifah Al-Mutawakkil (Bani Abassiyah) pada tahun 848 M, Khalifah membatalkan
pemakaian aliran Mu’tazilah sebagai
mazhab negara, sehingga kaum muslimin pun tidak mau menganut aliran yang telah
dibatalkan (ditinggalkan) oleh khalifah, beralih kepada Aliran Asy’ariyah yang
didukung oleh khalifah.
Adapun nama
tokoh – tokoh aliran Asy’ariyah yang terkenal antara lain : Al – baqillani
(wafat 403 H), Ibnu Faurak (wafat 406 H), Ibnu Ishak al-Isfaraini (wafat 418
H), Abdul Kahir al-Bagdadi (wafat 429 H), Imam al-Haramain al-Juwaini (wafat
478 H), Abdul Mudzaffar al-Isfaraini (wafat 478 H), Al-Ghazali (wafat 505 H),
Ibnu Tumart (wafat 524 H), As-Syihristani (wafat 548 H), Ar-Razi (1149-1209 H),
Al-Iji (wafat 756 H/1359 M) dan Al-sanusi (wafat 895 H).
2.
Al – Maturidi (w.944 M)
a)
Riwayat hidup
Al – Maturidi
Abu Manshur
Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand,
wilayah Trmsoxiana diAsia Tengah, daerah
yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui
secara pasti, hanya diperkirakan sekitar
pertengahan abad ke-3 Hijrah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. Gurunya dalam
bidang fiqh dan teologi bernama Nasyr bin Yahya Al- Balakhi. Ia wafat pada
tahun 268 H. Ia hidup pd ms khalifah Al-Mutawakil yg memerintah th 232-274
H/847-861 M.
Karier
pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi
daripada Fiqh, sebagai usaha memperkuat
pengetahuannya untuk menghadapi paham-paham teologi yang banyak berkembang dalam
masyarakat islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar
menurut akal dan syara’. Pemikiran- pemikirannya sudah banyak dituangkan
dalam bentuk karya tulis, diantaranya
adalah Kitab Tauhid, Ta’wil Al- Qur’an,
Ma’khaz Asy-Syara’i, Al-Adillah li Al-Ka’bi, Radd Al-Ushul Al-Khamisah dan Kitab Radd ‘ala Al-Qaramithah.
b)
Pokok – pokok ajaran
Al – Maturidi
a. Akal dan wahyu
Mengtahui
Tuhan dan kewajiban mengetahui
Tuhan
dapat
diketahui dengan akal. Akan tapi akal tidak mampu
mengetahui
kewajiban-kewajiban itu kecuali dengan
bimbingan dari wahyu.
b. Perbuatan manusia
yaitu
ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Tuhan menciptakan daya (Kasb)
dalam diri manusia dan manusia bebas menggunakannya.
Tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semua adlh
kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan tidak ada yg memaksa / membatasinya, kecuali krn
ada hikmah & keadilan yg ditentukan oleh kehendak-Nya.
c. Kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan
Bukan berarti
Tuhan berkehendak dan berbuat dengan sewenang-wenang serta sekehendak-Nya,
karena qudrat Tuhan tidak
sewenang-wenang (absolut), tapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung
sesuai dengan
hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
d. Sifat Tuhan
Sifat tidak
dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula dari esensi-Nya. Sifat Tuhan itu mulazamah (ada bersama) tidak terpisah.
e. Melihat Tuhan
Manusia dapat
melihat Tuhan, kelak diakhirat dapat ditangkap dengan penglihatan karena Tuhan
mempunyai wujud, walaupun immaterial.
f.
Kalam Tuhan
Al-Maturidi
membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi.
g. Pengutusan Rasul
Pengutusan
Rasul ketengah-tengah umatnya adalah kewajibna Tuhan, agar manusia dapat
berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya dengan ajaran para Rasul.
h. Pelaku dosa
besar (Murtakib al-Kabir)
Orang
yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal didalam neraka, walaupun ia
meninggal sebelum bertobat.
No comments:
Post a Comment