Sunday, March 12, 2017

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah


A.      Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Ahlus Sunnah Wa al-Jama’ah berasal dari kata Ahl (Ahlun) berati “golongan” atau “pengikut” dan Al-Sunnah berarti “tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakup ucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW”. Secara etimologi istilah “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah Saw dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang teguh pada Sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin’Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
B.      Tokoh – Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jamaah 1. Al – Asy’ari (875 – 935 M)
a)       Riwayat hidup Al-Asy’ari
Nama lengkapnya adl Abu Al-Hasan ‘Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin ‘Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut bberapa riwayat, Al-‘Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana pada tahun 324 H/935 M.
Menurut Ibn ‘Asakir (w.571 H), ayah Al-Asy’ari adl seorg yg brpham Ahlussunnah dan ahli hadist. Ia wafat ketika Al-Asy’ari msih kecil. Sblm wafat, ia sempat berwasiat kepada sseorang sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-Saji agar mndidik Al-Asy’ari. Ibunya menikah lagi dg seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu ‘Ali Al-Jubba’i (w.303 H/915 M), ayah kandung Abu Hasyim Al-Jubba’i (w.321 H/932 M). Berkat didikan ayah tirinya, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Sebagai tokoh Mu’tazilah, ia sering menggantikan Al-Jubba’i dalam perdebatan menentang lawan” Mu’tazilah dan banyak menulis buku yang membela alirannya.
Al-Asy’ari menganut paham Mu’tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia  mengumumkan di hadapan jamaah masjid menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn ‘Asakir, yang melatarbelakangi Al-Asy’ari telah bermimpi  bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali, yaitu malam hari ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga kali mimpinya, Rasulullah SAW memperingatkannya agar segera meningalkan paham Mu’tazilah dan segera membela paham yang telah diriwayatkan dari beliau.
Al-Asy’ari menganut paham Mu’tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia  mengumumkan di hadapan jamaah masjid menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn ‘Asakir, yang melatarbelakangi Al-Asy’ari telah bermimpi  bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali, yaitu malam hari ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga kali mimpinya, Rasulullah SAW memperingatkannya agar segera meningalkan paham Mu’tazilah dan segera membela paham yang telah diriwayatkan dari beliau.
b)    Pokok pokok ajaran Asy’ariyah
Adapun pokok-pokok ajaran Asy’ariyah, antara lain :
1.      Tuhan dan sifat – sifat- Nya
Allah memiliki sifat-sifat yg unik & tdk dpt dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.
2.      Kebebasan dalam berkehendak
Al-Asy’ari membedakan antara khaliq & kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia adalah yang mengupayakan (muktasib).
3.  Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Meskipun Al-Asy’ari dan orang Mu’tazilah mengakui pentingnya akal & wahyu, tetapi berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh kejelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-Asy’ari mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal.
       4.   Qadimnya Al-Qur’an
Walaupun Al-Qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, tetapi hal itu tidak melekat pada esensi Allah dan tidak qadim.
      5.    Melihat Allah
Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi ketika Allah yang menyebabkan dapat dilihat / ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
      6.    Keadilan
Allah tidak memiliki keharusan apa pun karena Ia adalah Penguasa Mutlak.
     7.    Kedudukan orang berdosa
Orang mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yg fasik sbab iman tdk mungkn hilang krn dosa selain kufur.
c)       Karya Al Asy’ari
Kitab – kitabnya yang terkenal ada tiga :
1.     Maqalat   al-Islamiyyin   Wa    Ikhtilaf   al-Mushallin
(Pendapat – pendapat golongan-golongan Islam)
Kitab ini adalah kitab yang pertama kali dikarang tentang kepercayaan-kepercayaan golongan islam, dan juga merupakan sumber terpenting karena ketelitian dan kejujuran pengarangnya. Kitab tersebut dibagi tiga. Bagian pertama berisi bermacam-macam golongan islam. Bagian kedua tentang pendirian ahli hadis & sunnah dan bagian ketiga tentang bermacam-macam persoalan Ilmu Kalam.
2.     Al-Ibanah ‘an Ushulud al Diyanah (Keterangan tentang
Dasar-dasar Agama)
Kitab ini berisi uraian tentang kepercayaan ahli Sunnah dan dimulainya dengan memuji Ahmad bin Hanbal dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya. Uraian-uraian kitab ini tidak tersusun rapi, meskipun menyangkut persoalan-persoalan yang penting dan banyak sekali.
3.     Al-Luma (sorotan)
Kitab ini dimaskudkan untuk membantah lawan-lawan dalam beberapa persoalan Ilmu Kalam.
e) Tokoh – Tokoh Aliran Al-Asy’ari
Al – Asy’ari selain sebagai seorang pendiri aliran Asy’ariyah juga dikenal sebagai orang yang mempunyai komulatif keilmuan sangat luas, pandai berdebat, shalih dan taqwa, sehingga dlam waktu singkat mendapat kepercayaan dari kaum muslimin.
Sejak masa Khalifah Al-Mutawakkil (Bani Abassiyah) pada tahun 848 M, Khalifah membatalkan pemakaian  aliran Mu’tazilah sebagai mazhab negara, sehingga kaum muslimin pun tidak mau menganut aliran yang telah dibatalkan (ditinggalkan) oleh khalifah, beralih kepada Aliran Asy’ariyah yang didukung oleh khalifah.
Adapun nama tokoh – tokoh aliran Asy’ariyah yang terkenal antara lain : Al – baqillani (wafat 403 H), Ibnu Faurak (wafat 406 H), Ibnu Ishak al-Isfaraini (wafat 418 H), Abdul Kahir al-Bagdadi (wafat 429 H), Imam al-Haramain al-Juwaini (wafat 478 H), Abdul Mudzaffar al-Isfaraini (wafat 478 H), Al-Ghazali (wafat 505 H), Ibnu Tumart (wafat 524 H), As-Syihristani (wafat 548 H), Ar-Razi (1149-1209 H), Al-Iji (wafat 756 H/1359 M) dan Al-sanusi (wafat 895 H).

2.       Al – Maturidi (w.944 M)
a)      Riwayat hidup Al Maturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand, wilayah  Trmsoxiana diAsia Tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara  pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 Hijrah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqh dan teologi bernama Nasyr bin Yahya Al- Balakhi. Ia wafat pada tahun 268 H. Ia hidup pd ms khalifah Al-Mutawakil yg memerintah th 232-274 H/847-861 M.
Karier pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi daripada Fiqh, sebagai  usaha memperkuat pengetahuannya untuk menghadapi paham-paham teologi yang banyak berkembang dalam masyarakat islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara’. Pemikiran- pemikirannya sudah banyak dituangkan dalam  bentuk karya tulis, diantaranya adalah Kitab Tauhid, Ta’wil Al- Qur’an, Ma’khaz Asy-Syara’i, Al-Adillah li Al-Ka’bi, Radd Al-Ushul Al-Khamisah dan Kitab Radd ‘ala Al-Qaramithah.
b)      Pokok pokok ajaran Al Maturidi
a.       Akal dan wahyu
Mengtahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Akan tapi akal tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban itu kecuali dengan bimbingan dari wahyu.
b.       Perbuatan manusia
   yaitu ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Tuhan menciptakan daya (Kasb) dalam diri manusia dan manusia bebas menggunakannya.
Tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semua adlh kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan tidak ada yg memaksa / membatasinya, kecuali krn ada hikmah & keadilan yg ditentukan oleh kehendak-Nya.
c.       Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Bukan berarti Tuhan berkehendak dan berbuat dengan sewenang-wenang serta sekehendak-Nya, karena qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
d.       Sifat Tuhan
Sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula dari esensi-Nya. Sifat Tuhan itu mulazamah (ada bersama) tidak terpisah.
e.       Melihat Tuhan
Manusia dapat melihat Tuhan, kelak diakhirat dapat ditangkap dengan penglihatan karena Tuhan mempunyai wujud, walaupun immaterial.
f.        Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi.
g.       Pengutusan Rasul
Pengutusan Rasul ketengah-tengah umatnya adalah kewajibna Tuhan, agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya dengan ajaran para Rasul.
h.       Pelaku dosa besar (Murtakib al-Kabir)

Orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal didalam neraka, walaupun ia meninggal sebelum bertobat.

No comments:

Post a Comment